19 Mei, 2009




KITARO






Ketika saya mendengar musiknya dengan judul "MATSURI" yang belakangan, dari seorang teman e-mail Jepang, baru tahu artinya adalah "Festival", saya mulai mencoba mencerna musik aliran New Age ini.

Iramanya sangat Jepang, lengkap dengan suara alat musik "bedug" atau Taiko, tetapi dominasi alat musik modern terdengar sangat kental.
Matsuri ini ternyata sering pula saya dengar di TV sebagai background musik untuk acara-acara yang bahkan tidak ada hubungannya dnegan "Matsuri" atau Festival apapun! Kok ada ya stasiun TV yang memakai musik itu sedemikian sembarangannya hingga terkesan ceroboh, sembarangan dalam memilih background music!. Memalukan ga sih? Tidak ada hubungannya bahkan dengan Jepang sekalipun! :))

Pernah suatu saat saya mendengar musik Kitaro ini dari sebuah stasiun TV swasta "papan atas". Ketika saya menengok untuk melihat acara apa yang sedang berlangsung, tahunya.... acara pengenalan budaya Thailand!
Wah, wah, wah!! Kaget tapi lucu juga. Hati jadi terhibur lihat kekonyolan yang engga selaras itu. Persis dagelan! Kasihan penanggungjawab acara itu aja tuh...

Apapun yang terjadi dan telah dilakukan oleh orang-orang yang cuma SENANG dengan musik itu tapi tidak tahu persis menempatkannya pada posisi yang tepat, musik Kitaro memang luar biasa menyedot perhatian banyak orang sedunia (tapi kayanya di Indonesia mah engga terlalu banyak yang suka - banyak yang engga ngerti atau engga bisa menikmati kali ya?).


Saya punya cerita.
Seorang teman email yang saya kenal sekitar tahun 1998, namanya Herietta Faith alm., yang tinggal di Ohio, sangat mengidolakan Kitaro dengan musiknya. Herietta berusia lebih tua 2 tahun daripada ibu saya sendiri.

Dia hanya tinggal berdua dengan pria (living together, di sana kan biasa! walaupun udah nenek-nenek!) yang cacat fisik dan mental karena suatu kecelakaan.

Sang "suami kedua" ini sudah tentu memerlukan istrinya itu setiap saat karena keterbatasan gerak tubuh yang hanya dibantu dnegan kursi roda.

Anak-anak dari suami pertama tidak tinggal bersamanya tetapi dengan ayah kandung mereka.


Alkisah, Herietta yang juga sudah mengalami osteoporosis dan arthritis, tetapi tetap bisa menghibur dirinya dengan musik dan lagu (dibandingkan saya, dia lebih gila lagi terhadap musik!) mengatakan bahwa bila dia mendengar musik Kitaro, seakan dirinya larut dalam "deep meditation" yang membuatnya bisa melupakan segala hal pahit dalam kehidupannya dan merubahnya menjadi hal yang sangat menyenangkan.


Lalu dia bercerita, bahwa pada suatu waktu ketika ia mengetahui bahwa Kitaro mengadakan pertunjukan di Carolina utara, tanpa banyak berpikir tentang siapa yang akan merawat suaminya hari itu, Herietta langsung terbang ke negara bagian yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

Dia juga melupakan sakit persendian kakinya karena osteoporosis dan arthritis yang dideritanya, demi menyaksikan pertunjukan LIVE Kitaro.


Apa katanya tentang Kitaro musisi pujaannya yang secara spiritual telah begitu dalam mempengaruhi jiwanya?


(Hasil copy and paste dari emailnya):

"Do you know, Connie, I didn't need much time to get carried away by his astounding music. When he opened the concert with 'Matsuri', I soon felt hypnotized not only by the sound of his music, but also by his extraordinary charm. That wonderful Japanese man captured every part of me! And when he played the Taikos till his hands got bleeding, that was when I was at the peak of excitement and felt mixed feelings of happiness, love, sadness, satisfaction, and also disappointment. The result was that I came to find me someone who would be willing to die listening to Kitaro's music like that".


Bukan main gilanya!
Tapi menurut saya, dia memang freak banget, masa sih tega-teganya ninggalin suami yang cacat di rumah walaupun dia minta tolong seseorang untuk menjaganya ketika dia enak-enakan menikmati sihir musik Kitaro?!

Lebih jauh dikatakannya bahwa musik Kitaro "intertwined with memories of love and loss".
Maksudnya adalah, memories akan cinta dan kehilangan bekas suaminya serta anak-anaknya yang nyaris tidak mau menemui
Herietta lagi karena kesalahan yang dibuat si ibu.

Ceritanya, ibu yang bekerka sebagai perawat medis di sebuah rumah sakit ternyata berselingkuh dengan rekan kerjanya, juga petugas medis di rumah sakit itu, yang terpaut usia sepuluh tahun lebih muda. Mabuk cinta yang dialami keduanya membuat Herietta, tanpa alasan lain, begitu saja meninggalkan suami dan anak-anaknya, pergi dan tinggal bersama pria yang kemudian amat dibenci suaminya itu.

Anak-anaknya pun tidak diperkenankan bertemu dengan sang ibu; hal yang sangat dimaklumi Herietta kemudian.


Pada suatu malam Natal, ketika suami muda Herietta ini bergegas pulang ke rumah untuk merayakan Natal bersama wanita yang menjerat hatinya itu, dan yang pada malam tersebut sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk dirayakan bedua, tiba-tiba saja ia mendapat telepon dari rumah sakit tempatnya bekerja, dengan berita bahwa Barry, sang "selingkuhan",mengalami kecelakaan dan jiwanya sedang dalam kondisi kritis.

Herietta pergi melihatnya, meninggalkan semua yang sudah disiapkan untuk perayaan Natal berdua.
Di sana dia melihat Barry yang nyaris remuk tubuhnya.

Dia menulis:

"God reminded me of the big mistake I had made. He had given me a good loving family. He had taught me to be a good wife and mother with good children too. I knew it even when I ran with Barry to stay with him. But no one knows, Barry was the man I felt so comfortable with, the man I had been looking for. I just feel sorry for the wrong time we met. I wish we had met before I married Sean" ---

"That night despite my confusion and shock, I called my husband and the children to wish them a wonderful Christmas. I dared not tell them what was happening to Barry and me. They only say, 'Thank you, mom, we wish you the same'. My husband refused to talk to me. I thanked him anyway, and was a bit relieved, because at least he allowed the children to talk to me that night. I tried to control myself and my voice so they would think I was just fine."

Menurutnya, lama dia tenggelam dalam depresi, dan satu-satunya yang menghibur dirinya adalah musik.
Salah satu hal yang dilakukan oleh Herietta demi musik, khususnya musik Kitaro yang katanya membuat hatinya bisa melupakan depresi itu, adalah meninggalkan Barry beberapa lama untuk menyaksikan LIVE performance musisi nyentrik Jepang ini. Yang hebat, Kitaro atau Herietta?

Saya pribadi bukan penggemar berat Kitaro; hanya beberapa nomor saja selain Matsuri yang saya suka. Koi, Sozo dan Reimei mungkin memukau, bukan saja karena iramanya yang enak didengar tetapi lebih karena dalam memainkan lagu-lagu tersebut, melalui rekaman Live Shownya kita bisa melihat bagaimana Kitaro meminpin sekaligus memainkan alat musiknya dengan gaya menghentak-hentak, keras tapi pada detik lain ia pun begitu lembut... Kadang melihat dia melakukan itu seperti "kerasukan" roh halus yang memang "halus", lembut. Rambut dan keringatnya yang dibiarkan berurai alami, menjadi daya tarik tersendiri.

Kitaro belajar alat musik sendiri, tidak ada instruktur khusus yang menjadikannya musisi kaliber dunia.
Dia berkata tentang ini,

"I never had education in music, I just learned to trust my ears and my feelings." He gives credit for his creations to a power beyond himself. "This music is not from my mind," he said. "It is from heaven, going through my body and out my fingers through composing. Sometimes I wonder. I never practice. I don't read or write music, but my fingers move. I wonder, 'Who's song is this?' I write my songs, but they are not my songs."

Lahir dengan nama Masanori Takahashi di Toyohashi, Aichi Prefecture, 4 Pebruari 1953, sebagai anak petani Shinto. Ayahnya sangat tidak menyetujui gagasannya menjadi pemain musik. Tetapi jalan hidupnya memang ternyata di musik!

Ia menjadi bintang bukan hanya di Jepang tetapi di seluruh dunia (lihat rekaman Live Shownya "Amuse America", dimana penontonnya mungkin puluhan ribu yang kabarnya datang dari berbagai States di Amerika serta bagian lain dunia ini).

Walaupun sukses sudah menjadi sahabatnya, konon kehidupan pribadinya memperlihatkan bahwa ia seorang yang sederhana,
"Alam mengilhami saya. Saya hanyalah seorang utusan," katanya.
"Bagi saya, sebagian lagu bagaikan awan-awan, sebagian lagi bagaikan air."

Sejak 1983 penghargaannya akan alam membuat Kitaro setiap tahun mengucap syukur kepada Ibu Pertiwi dalam sebuah "konser" khusus di Gunung Fuji atau di dekat rumahnya di Colorado. Pada saat bulan purnama di bulan Agustus, ia memukul Taiko
dari senja hingga fajar. Seringkali hal itu dilakukannya hingga tangannya berdarah, namun ia terus memukul. (Mungkin seperti itulah yang dilihat Herietta, dan yang membuatnya begitu 'excited').

Dari 1983 hingga 1990 ia hidup bersama istrinya yang pertama, Yuki Taoka. Yuki adalah anak perempuan Kazuo Taoka
, godfather dari Yamaguchi-gumi, sindikat Yakuza terbesar.

Kitaro dan Yuki mempunyai seorang anak laki-kali, Ryunosuke, yang tinggal di Jepang. Mereka berpisah karena Kitaro bekerja umumnya di Amerika Serikat, sementara Yuki tinggal dan bekerja di Jepang.

Pada pertengahan tahun 90-an
Kitaro menikah dengan Keiko Matsubara, seorang pemusik yang bermain pada beberapa albumnya. Dengannya dan anak laki-lakinya, Kitaro hidup di Ward, di pinggiran Boulder, Colorado, Amerika, di sebidang tanah yang luasnya 730.000 m² dengan rumahnya yang diberi nama "Mochi House" seluas 2300 m² (Tanah itu sendiri cukup luas untuk menampung sebuah orkestra dengan 70 orang pemain).


Matsuri:
http://www.youtube.com/watch?v=GGtKxbu7vLI&feature=related

Sozo:
http://www.youtube.com/watch?v=HfVntSicF8Q&feature=related

Koi:
http://www.youtube.com/watch?v=VVdBzcgmvg8&feature=related

2 komentar:

Unknown mengatakan...

I wonder why Kitaro choosed to live in America rather than stay in Japan, but I think it was a great decision. I think he is genius and possibly he was also a great musicioan in his past life; that's why he can play great music in this life without even understand how he could make it. As for my feeling n my thought about his music n also every other musics is that I would rather apriciate the music n the musician than to be involved emotionally in the rythm or in the personality of the musician.

Connie mengatakan...

Dear Shirley, thank you so much for your kind comments.....