09 Januari, 2009










Be Full of Love


The Dalai Lama and Richard Gere


Putting down all barriers,
let your mind be full of love.
Let it pervade all the quarters of the world
so that the whole wide world,
above, below, and around,
is pervaded with love.
Let it be sublime and beyond measure
so that it abounds everywhere.

-Digha Nikaya
From "Buddha Speaks"






Kids,




Our background and circumstances
may have influenced who we are





but we are responsible for
who we become...












Heian Shrine,
Kyoto


Saat kami berkunjung,
sedang berlangsung Jidai Matsuri

(Festival Jidai atau Festival of Eras)


Pada gerbang masuk terdapat Torii berwarna merah yang konon terbesar di Jepang. Sedangkan bangunan kuil (shaden) menyerupai Kyoto Imperial Palace.

Kyoto adalah ibukota Jepang sebelum kemudian dipindahkan ke Tokyo (1868).

Jidai Matsuri sendiri diadakan sebagai peringatan Kyoto yang pernah menjadi ibukota. Yang hadir berpartisipasi dalam peristiwa itu biasanya memakai kostum atau pakaian yang pada saat itu populer.

Sayangnya, ketika kami datang, terlalu padat orang yang berkunjung, jadi tidak terlalu banyak hal yang bisa kami rekam/foto.



Ga' ketinggalan,
foodstall yang rapi
dan bersih,
menawarkan berbagai jenis
makanan khas Jepang.
Ada yang asin, manis, mungil, indah!
Kue-kue Jepang yang cantik
membuat saya tidak "tega" memakannya!







West Lake (Xi Hu)
Hang Zhou


Teratai dan Yang-liu (weeping willow)
mendominasi tepian danau ini


Liu He Pagoda (Liu He berarti 6 Harmoni)



di atas boat, di West Lake


Hang Zhou terletak di Pr0vinsi Zhejiang, 180 km Barat Daya Shanghai.. Ditemukan 2200 tahun lalu oleh Dinasti Qin, dan pernah menjadi ibukota China.






West Lake adalah salah satu pusat turis yang paling terkenal dengan pagoda Liu He (Ingat-ingat cerita film Kisah Siluman Ular Putih - White Snake Legend)
Sayangnya, ga ketemu silumannya selama berada di situ...



Jembatan, air danau dan pohon yang liu,
tiga hal yang merefleksikan kesedihan suatu perpisahan



Rupanya, sering juga menjadi
tempat
pemotretan outdoor pengantin




Kisah cinta khas Hang Zhou
yang diperagakan dalam seni tari
di suatu pertunjukan seni dan budaya setempat



tarian yang menggambarkan
wanita-wanita cantik
Hang Zhou
ketika memetik teh di pagi hari




tarian
"The Thousand-Hands Guan Yin Bodhisatva"
Hangzhou tidak lepas dari kehidupan beragama

(dalam hal ini, mayoritas adalah penganut
Buddha Mahayana)


Selain West Lake, juga kami diajak mengunjungi Ling Yin Monastery, satu dari 10 vihara Mahayana terbesar di antero China. Saya sendiri tidak memasukinya, hanya melihat-lihat sekitarnya. Terlalu banyak orang yang bersembahyang sehingga asap dupa sepertinya bisa mengganggu pernapasan.





Menurut informasi yang saya dengar dari guide Chinese yang sangat fasih berbahasa Indonesia, vihara ini berdiri ditandai oleh kedatangan seorang bhiksu India bernama Huili (pastinya nama ini sesuai dengan lafal lidah Chinese), yaitu pada masa Dinasti Jin. (Mungkin ia adalah Bodhidharma, bhiksu India yang membawa ajaran Buddha ke China, ajaran yang disebut Cha'n, dan yang kemudian berkembang dengan nama "Zen Buddhism", seperti yang tersebar di Jepang dan Korea)



Salah satu figur Bodhisatva Kwan Yin,
Dewi Welas-asih yang ada di taman vihara


Konon bhiksu tersebut menetap di daerah ini untuk bermeditasi dan menjalankan praktek spiritualnya, sehingga dinamakan "Ling Yin" yang berarti "Soul Retreat". Tidak salah sih, karena memang tempat ini pastinya cocok sekali untuk "retret", meditasi, kontemplasi, atau apapun sebutannya. Banyak bagian-bagian area yang sunyi sehingga mempermudah orang untuk memusatkan perhatiannya pada suatu objek meditasi.

Vihara ini sangat penting bagi ke lima dinasti yang berkuasa (sejak 907-960 AD). Di kompleks yang luar biasa luas itu, banyak terdapat bagunan yang difungsikan sebagai perpustakaan, tempat pengobatan, tempat relaksasi (yang katanya dibangun 1000 tahun lalu oleh dinasti Tang), dll.

Sayang sekali, halamannya yang amat luas, tertata rapi, bersih, dan indah, terus terang, tidak sebanding dengan kondisi kebersihan Toiletnya. Aduhaiii !! :(
Tidak perlu saya ceritakan di sini.


Oh ya, ada rumah makan vegetarian di sana. Yang saya lihat, kebanyakan adalah turis bule yang bersantap. Kadang penghargaan orang bule terhadap budaya China jauh melebihi penghargaan orang-orang Indonesia keturunan China sendiri.... Bahkan bule-bule lebih tertarik dan tahu banyak tentang sejarah China. Mungkin bagi mereka, budaya, tradisi, dan spiritualisme orang-orang China lebih "eksotis" daripada budaya mereka sendiri...!





Hal lain tentang Hang Zhou, konon kota yang pernah menjadi ibukota China ini terkenal bukan hanya keindahan alamnya serta arsitektur kuil-kuil dan pagodanya, tapi juga kecantikan wanita-wanitanya!

Guide saya menjelaskan, mereka menjaga kesehatan, kehalusan dan kemulusan kulitnya dengan minum teh hijau yang tumbuh di suatu daerah di Hang Zhou setiap hari. Wah! Kabarnya, uap teh hijau panas dapat digunakan untuk menjaga keindahan dan kesehatan mata. Maka, kata guide kami, penduduk di desa itu, Long Jin, rata-rata mempunyai penglihatan yang masih baik di usianya yang sudah lanjut.


di sebuah tempat pengolahan teh hijau


Saya lihat ada foto-foto berbagai raja/ratu, kepala negara (termasuk Megawati) dan tokoh-tokohterkenal lainnya dari berbagai negara, di satu tempat pembuatan teh.

Terakhir, kami diberi kesempatan mencoba "Ayam Pengemis" di sebuah restoran. Dibungkus dengan daun teratai dan dibakar (seharusnya dibakar dengan kayu, bukan dengan oven)


Oh, kaya gitu ya, rasanya...
Sedikit ada bau "apek"
Kalau dibungkus dengan daun pisang,
mungkin aromanya bahkan lebih baik!
(tapi nanti namanya bukan "pengemis" lagi)
hehehe









Cah Buncis Kecap




Masakan "kuno" ini tetap terasa populer di keluarga kami.

Udang segar membuat masakan ini terasa manis walaupun hanya dengan sedikit kecap manis. Harum ebi membuat masakan sederhana ini menjadi istimewa.

Bahan

1/2 kg buncis muda, bersihkan lalu potong-potong sesuai selera. Goreng sebentar untuk mendapatkan buncis yang empuk.

Tiriskan dari minyak, lalu sisihkan.

100 gr udang segar, kupas kulitnya sampai ke ekornya. Beri jaeruk nipis dan garam untuk menghilangkan rasa amis.

1 sdm ebi kering

50 gr daging dada ayam, potong serasi

Haluskan bumbu:

4 butir bawang merah

2 siung bawang putih

1 sdt biji lada

Kecap manis sesuai selera (saya pakai hanya 2 sdm)

Minyak goreng bekas menggoreng buncis (tidak perlu banyak-banyak) untuk menumis bumbu

300 ml air panas

Garam sesuai selera

Membuatnya

1. Tumis bumbu halus hingga harum, lalu masukkan udang segar, ebi kering dan daging dada ayam. Aduk hingga daging berubah warna dan kaku.

2. Masukkan kecap, lalu aduk lagi hingga kecap matang.

3. Masukkan buncis yang sudah digoreng dan garam. Aduk rata, lalu siram dengan air panas. Tutup wajan hingga kuah mendidih.

4. Angkat dang hidangkan dengan nasi hangat.


08 Januari, 2009



Open your arms














Holly yang tidak pernah
jauh dari hati
orang-orang yang mengasihi
dan dikasihinya




Mata Holly yang indah

Kami besar bersama, di Serang, dan di Jakarta. Sejak kecil, Holly selalu menjadi "anak bawang" yang penurut. Tidak banyak omong, agak sedikit pemalu, dan selalu "manut".


Jadul di Puncak Pass:
Henny, ide, saya, Holly.
Kita anak-anak hampir selalu bertiga ya?
Ada aja yang dikerjakan, engga bete!



Ocean Park Hong Kong


Dulu, jari kelingkingnya pernah tergencet kayu yang kami pakai untuk main "njot2an". Adduhh, dasar anak-anak, ga tahu bahaya!
Untung kukunya copot dan tunbuh kembali dengan bagus, ya...


foto sama engkong

Kata yang tepat untuk melukiskan rasa kagum saya padanya adalah, dia: exceptionally ramah, rajin bekerja (rumahtangga maupun kantor), selalu siap membantu, tampil dengan gagasan-gagasan yang brilian, berani, semangat, tidak pernah mengeluh, sangat perhatian dan menyayangi keluarga serta kerabat dan teman-temannya, relijius, selalu berhati-hati dalam berkata agar tidak menyakiti hati orang lain, pemaaf, cute, funny, and the list goes on.



Holly bukan hanya menjadi kesayangan orangtua dan saudara kandung semata wayangnya, Henny, but she has also been a sweetheart to our nenek-kakek, orangtuaku, kerabat, dan teman-teman baiknya.


favourite little girl
to everybody



selalu ingin seperti ini!





Secara fisik, mungkin ada beberapa keluhan sakit (Pasti ini karena ia terlalu lelah, kurang istirahat), tapi justru seringkali ia lebih memperhatikan kesehatan orang lain daripada kesehatannya sendiri. Tugasnya baik di rumah maupun di kantor tidak jarang membuat Holly terserang flu, masuk angin dsb, tapi semua itu tidak menjadi halangan baginya untuk terus menjalankan apa yang harus dijalankan. Semangatnya ini membuat saya amat kagum!





Ia sangat menghormati orang yang lebih tua. She behaves, having good manners. Mungkin itulah yang membuat orangtua saya juga sangat menyayanginya...




Yang membuat saya sangat berterimakasih kepadanya dan tidak akan pernah melupakan ketulusan hatinya dalam menghormati ayah saya adalah, ia mencoba ikut hadir di sisi peti jenazah ayah saya ketika kawan-kawan membaca Paritta, padahal saya tahu benar, bahwa Holly adalah penganut Katholik yang taat.



Yang saya tidak tahu adalah, apakah ajaran agamanya tidak melarang hal tersebut. Tetapi saya yakin, ia tahu apa yang diperbuatnya, dan untuk itu saya serta keluarga amat sangat terharu akan hormatnya kepada alm. ayah saya yang kami semua panggil dengan sebutan Kukuh. Mungkin juga Holly meneladani sikap Yesus yang penuh cinta kasih dan tidak membeda-bedakan.




Kalau memang perbuatannya melanggar ajaran agamanya, semoga "dosa"nya bisa dimaafkan. Namun saya percaya, apa yang dikerjakan Holly dalam menghormati Kukuh merupakan bakti anak kepada ayahnya, dan mungkin beliau tersenyum di atas sana, berterimakasih kepada Holly. Semoga ia tidak merasa terpaksa melakukannya.



Dan beberapa belas tahun yang lalu, ketika saya jatuh sakit dan harus tinggal di rumah sakit, beberapa kali Holly selalu menyempatkan diri datang mengunjungi saya sepulang kerja. Ia sengaja melupakan lelahnya dan kantuknya hanya untuk dapat menjenguk, menghibur, bahkan memijat-mijat kaki saya hingga saya merasa keenakan dan kadang terlelap ketika ia masih terus melakukan hal itu!! Setiap pijatan tangannya yang mantap, saya rasakan kasih sayangnya....



Begitu juga setiap kali ibu saya harus dirawat di rumah sakit, tidak pernah Holly tidak datang menemani. Bahkan pernah beberapa kali ia ikut tidur di rumah sakit dan pergi ke kantor langsung dari situ! Bukan hanya itu, ia selalu saja datang dengan membawakan kami makanan. Saya tahu, semua itu ia kerjakan dengan setulus dan sepenuh hatinya karena kasihnya kepada kami.



Keahliannya dan ketangkasannya dalam memasak dan bekerja di dapur sudah menjadi buah bibir di keluarga besar kami. Mungkin juga di keluarga teman-teman yang mengetahuinya.



Saya merasa amat beruntung ketika dapat pergi dengannya ke Hongkong. Di sana bahkan Edwin pun (teman pena lama saya) masih sangat mengenalnya. Dia menyebutnya "Holly yang baik dan manis", seperti kesan yang diterimanya dulu ketika Edwin datang ke Indonesia ketika kami masih sangat muda.



Keramahannya pun segera mendapat tanggapan bersahabat dari istri Edwin. Mereka cepat akrab dan kelihatan menikmati perkenalan dan pertemanan itu. Saya amat senang dan bersyukur!



Dan bukan cuma dengan mereka Holly cepat akrab. Dengan cucu teman email saya, Pietro, pun demikian. Pietro berasal dari Italy, lalu ketika remaja Pietro hijrah ke Canberra untuk melanjutkan sekolah smabil bekerja. Bertemu dengan Lucia yang juga berasal dari Italy, mereka pun menikah. Saya mengenal mereka melalui internet sejak tahun 1999.




Saya kenalkan Holly dan tante Betty-ku kepada keluarga Pietro ini. Ternyata, Holly cepat sekali akrab dengan anak-anak manis, cucu Pietro. Mereka minta diperhatikan dan dimanja oleh Holly! Bagaimana mungkin itu terjadi? Tentu karena anak-anak yang masih sangat peka itu langsung bisa merasakan kasih sayang dan perhatian Holly, sehingga sinyal positif itu juga diterima secara positif oleh Juliana dan Marcus.





(Baby-talk mereka memang tidak terlalu mudah
untuk kita mengerti, tapi mereka sangat
berusaha untuk berkomunikasi,
terutama dengan Holly)



Sekarang, semakin jarang kami bertemu karena kami tinggal berjauhan dan juga karena kesibukannya di pekerjaan dan merawat kedua orangtuanya, tetapi semoga dengan adanya posting ini, kami tetap bisa saling mengenang saat-saat istimewa tersebut.



I am always looking forward
to seeing you again, Holly