02 Maret, 2009




Kisah Empress Wu




Mungkin Sung Dynasty Village di Hong Kong lebih dari 13 tahun lalu ini adalah cikal-bakal Madam Tussauds yang ada sekarang. Sung Dynasty Village memang sudah tidak ada lagi, begitu juga mungkin dnegan patung-patung lilinnya. Tapi hal ini tidak membuat saya juga melupakan betapa kesan yang saya dapatkan dari Sung Dynasti dnegan segala atraksinya itu sangat dalam.

Salah satu figur yang saya sukai adalah Empess Wu Ze Tian (berkuasa pada Dinasti Tang, tahun 625-705. Dia adalah satu-satunya kaisar wanita di Cina. Pada jaman itu, sangat tidak lumrah seorang wanita bertindak seperti pria. Namun begitulah Wu Ze Tian yang bagi sebagian orang ia dianggap sebagai wanita haus kekuasaan. Bagi sebagian lainnya, ia adalah wanita kuat yang mengerjakan apa yang dikerjakan para kaisar pria di jamannya. Banyak juga yang berpendapat bahwa Empress Wu adalah kaisar yang memerintah dengan tangan besinya secara sangat efektif, dan pada saat yang sama, memberi rakyatnya kehidupan yang makmur, tenang dan damai.

Sebenarnya justru saat itulah dia mulai merombak tradisi lama, dimana wanita berhak mengerjakan apa yang biasa dikerjakan pria. Ia dilahirkan di keluarga yang cukup berada, dan di usia 13 tahun ia amat terkenal karena kepandaiannya dalam bidang menulis kaligrafi Cina klasik. Selain itu, kecerdikan dan kecantikannya begitu tersohor, sehingga ia pun masuk dalam jajaran calon selir kaisar Tai Tsung. Tidak perlu lama, kaisar pun menjadikannya selir favoritnya.

Tidak hanya itu. Selagi kaisar terbuai dnegan kepandaian, kecerdikan dan kecantikannya, Wu Ze Tian diam-diam melirik dan menyukai putra kaisar, Kao Tsung.
Ketika kaisar wafat, Kao Tsung menempati tahtanya. Saat itu Wu berusia 27 tahun dan menjadi selir Kao Tsung. Ia juga melahirkan beberapa putra yang diinginkan kaisar baru itu. Ia sangat berambisi menggantikan Kaisar suatu hari kelak. Dengan kecerdikannya, ia berhasil menyingkirkan permaisuri kaisar yang bernama Wang dengan cara menuduh permaisuri membunuh bayi perempuan yang dilahirkan Wu. Kaisar sangat mempercayai dusta Wang, padahal Wu sendiri yang membunuh bayi itu. Wang tergeser kedudukannya oleh Wu yang kemudian dinikahi sang kaisar untuk dijadikan permaisuri.

Lima tahun setelah dijadikan permaisuri, kaisar pun jatuh sakit, kakinya lumpuh. Saatnya Wu mengambil alih semua pekerjaan kaisar. Posisinya pun otomatis menyamai kaisar. Diam-diam ia membentuk satuan petugas rahasia yang tugasnya adalah mengawasi orang-orang yang menjadi lawannya. Bila ada yang menentang atau menghalangi maksud dan tujuannya, ia akan dipenjara atau dibunuh dengan sangat kejamnya, termasuk mantan permaisuri kaisar yang malang nian nasibnya.

Ketika Kao Tsung wafat, Wu berhasil menyingkirkan putra pertama, kedua, dan ketiga, dari kemungkinan menggantikan ayahnya. Justru putra bungsunya yang amat lemah dan bodoh yang dijadikan pengganti kaisar. Secara efektif, Wu berhasil memerintahkan putranya itu melakukan apapun yang diperintahnya.

Masa-masa itu juga Wu berhasil menrubah ajaran Kong Hu Cu yang secara tradisional membatasi gerak kaum wanita. Masa itu wanita mendapat tempat yang baik, bahkan di dalam bidang peradilan.

Putranya yang menjadi kaisar akhirnya mengundurkan diri, dan We Ze Tian memproklamirkan dirinya menjadi kaisar wanita pertama. Ia mengatakan bahwa seharusnya negara diatur oleh wanita, sebagaimana seorang ibu mengatur anak-anaknya.

Dibawah kekuasaannya, bidang pendidikan maju pesat. Angkatan bersenjata dikurangi, demikian juga pengaruh militer aristokrat. Pajak para petani juga dikurangi, produksi pertanian digalakkan. Ia berlaku adil pada semua bidang, dan menciptakan kerja bagi publik.

Di jaman keemasannya, ia menempatkan Buddhisme sebagai agama negara, mengalahkan posisi Taoisme. Karena itulah pada pemerintahannya, ia menggalakkan pertukaran cendekiawan Buddhis dengan negara lain sehingga Buddhisme mencapai kemajuan yang begitu pesat serta kejayaannya di bawah pemerintahan Wu Ze Tian.

Sayangnya, ketika ia tua, Wu menjadi sangat percaya tahayul dan penakut. Ini menjadi sasaran ejekan dari para petinggi kekaisaran serta orang-orang yang tidak begitu menyukainya.

Di usia 80, ia wafat. Putra ketiganya yang menggantikan tahta kekaisaran.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

suka banget artikel ini. saya kagum dengan Wu Ze Tian. walopun tindakan kejamnya demi kekuasaan tidak dapat dibenarkan, tapi dengan kekuasaannya rakyatpun sejahtera!! =)

Connie mengatakan...

Terimakasih atas apresiasinya....
Saya juga begitu tertarik dengan kisah hidupnya yang saya pelajari dari film-film serial Empress Wu.