15 Desember, 2008



My father-in-law




Belum pernah saya menjumpai orang yang selalu saja mendoakan orang lain setiap pagi, pada subuh hari.

Ayah mertua saya inilah satu-satunya orang yang saya tahu berbuat kebaikan seperti itu.

Semasa ia tinggal bersama kami, setiap subuh, setelah ia mandi, papie-mertuaku akan duduk di beranda, memandang jauh ke langit yang masih gelap dan kadang penuh bintang, kadang berawan tebal, lalu beliau mulai terdengar berkata-kata yang isinya adalah doa.

Doa yang dipanjatkannya adalah untuk keluarganya, keturunannya, kerabatnya dan teman-temannya.

Sebagian besar hari-harinya dilalui seorang diri, karena anak-anaknya sudah tinggal terpisah. Lily, adik ipar saya yang masih tinggal bersamanya, juga harus pergi bekerja. Maka papie akan melewati menit ke menitnya seorang diri di rumah yang cukup besar.

Saya tahu, betapa kesepiannya beliau di masa-masa setelah mama mertua meninggal. Namun papie selalu saja menghadapi hari-harinya dengan sabar dan tenang.


Mungkin kebiasaannya berdoa untuk orang lain telah membuatnya menjadi orangtua yang tidak banyak menuntut, tidak banyak rewel, tidak banyak merepotkan anak-cucu, kerabat dan teman-temannya.

Tinggal bersama kami hanya beberapa hari setelah operasi matanya, adalah saat-saat penting bagi saya dan keluarga. Saat-saat yang berharga seperti itu hanya sekali saya dapatkan selama hidup saya. Saat di mana saya mempelajari banyak hal dari beliau.





Semoga, dengan karma baik yang telah diperbuatnya, beliau mendapat kehidupan berikutnya yang jauh lebih baik dan menyenangkan.




Tidak ada komentar: